Tubuh will terhempas ke depan begitu masuk kedalam titik hitam tadi. Seketika itu semua benda yang tadinya seakan-akan bergerak menyusut kedalam titik hitam berhenti lalu kembali ke bentuk normal diikuti dentuman nyaring. Will berada di sebuah ruangan luas yang tampak seperti stasiun semacam kereta anti gravitasi. Penumpang yang mengenakan pakaian model yang sama dengan Will  terburu-buru masuk ke dalam salah satu gerbong kereta yang kemudian melayang bergerak ke atas dan meyusut masuk ke sebuah lubang kecil yang berada tepat di tengah kubah raksasa penutup ruangan tempat will yang sedang mencerna situasi yang ia hadapi.

Will, silahkan masuk gerbong berikutnya. Will tampak heran dan berputar-putar di tempat mencari sumber suara wanita tersebut. Semua orang di sekitar melemparkan wajah bingung pada Will. “Heii… dimana kamu?” Teriak Will sambil terus mencari-cari. “Will, jangan begitu heran dengan suara yang berasal dari dalam kepalamu”, jawab suara wanita tadi. Apa? Ada suara dari dalam kepalaku? Bisik Will dalam hati. “Ya, semua orang yang ada di sini juga mengalami hal yang sama. Jadi mulai biasakan saja”, lanjut suara wanita tadi. “Dan kamu dapat membaca pikiran ku? Apa yang aku lakukan dengan semua orang-orang yang ada di sini?”, Kutuk Will dengan suara lantang. Semua mata tertuju pada Will hanya beberapa saat, lalu mengabaikan Will seperti seorang anak kecil yang ingin mencari perhatian.

“Kita sedang dalam situasi sulit. Kamu tidak dapat mengingat semua kejadian karena mengalami trauma kepala berat. Namun, saya dapat memberikan gambaran visual kepada mu tentang semua yang telah terjadi”, jelas suara wanita itu. Sekonyong-konyong Will diperlihatkan kembali potongan-potongan ingatannya yang hilang didalam kepalanya. Peperangan, wabah penyakit dan bencana alam. “Itu yang telah terjadi pada planet kita. Yang dapat kita lakukan sekarang adalah meninggalkan planet yang sudah tidak tertolong ini. Tugas mu adalah memimpin kelompok ini menemukan tempat baru untuk kelompok ini”.

Bersambung... 



By: Freddy Santoso

Will tersadar dan perlahan-lahan mencoba memaksa pandangan matanya yang kabur agar dapat melihat jelas ruangan disekitarnya. Sambil memijat kepala nya yang terasa seperti habis di pukul benda tumpul, will berusaha mengingat alasannya berada di sebuah ruangan kubus dengan dinding metal berwarna putih berkilau yang hanya memiliki satu tempat tidur yang sedang ia gunakan dan sebuah meja berbahan aluminium dengan sepotong roti sandwich dan segelas susu hangat di atasnya.
Ia kemudian bangkit dari tempat tidur dan menyadari bahwa saat itu hanya mengenakan celana pendek berwarna putih yang tampak sama dengan warna ruangan yang ia tempati. Dengungan bergema disekitarnya lalu sebuah suara seorang wanita muda berbicara, “Will, silahkan habiskan makanan dan minuman yang sudah tersedia”. Will yang tidak mampu menyembunyikan ekspresi kebingungan segera menyambut suara wanita tersebut,”Tempat apa ini? Apa yang terjadi padaku?”.
Keadaan senyap, seakan-akan pertanyaan dari will tidak ingin dijawab oleh suara wanita tadi. “Will, tugas anda sudah menanti, segera habiskan konsumsi yang tersedia. Waktu anda sebelum bertugas adalah 10 menit. Silahkan kenakan pakaian anda.” Suara tersebut menghilang. Kondisi ini membuat will semakin bertanya-tanya. Makanan, pakaian, ruangan putih, apa yang terjadi padaku, bisik kebingungan yang menyelimuti pikiran will. Tak lama, bagian dari dinding mengelarkan suara semacam ‘klik’, mendorong bagian tersebut keluar dari dinding dan berputar menghadap will dengan sebuah pakaian  seperti berbahan karet yang sangat sesuai dengan postur tubuh Will.
Tidak sedang merasa lapar ataupun haus, Will segera meraih pakaian tadi dan mengenakannya. Tanpa aba-aba, will kemudian melihat sekeliling nya tersedot pada sebuah titik hitam di depannya dan seketika will merasa terguncang, merasa mual dan terhempas ke dalam titik tersebut. 

Bersambung... 



By: Freddy Santoso
Maen tebak-tebakan yok.
Tebakannya begini:
"Aku bergerak dengan meloncat. Hewan apakah aku?".

Begitulah pertanyaan dari si nona. Yang muncul dalam pikiran ku saat itu adalah Jangkrik dan langsung ku jawab demikian. Lalu si nona memberikan petunjuk berikutnya kalau hewan itu bentuk nya cantik.

Tak lama setelah membandingkan antara Jangkrik dan Belalang kemudian mengambil kesimpulan bahwa Belalang bentuknya lebih menarik ketimbang Jangkrik, aku pun menjawab kalau hewan itu mestinya adalah Belalang.
Bontot disini kamsudnya bekal ya, yang biasa di bawa ke kantor untuk di proses dalam perut saat istirahat siang. Ceritanya begini, mas T yang duduk bersebelahan tepat disebelah ku bak anak sekolahan yang duduk semeja agar bisa contek mencontek sewaktu ujian, lupa membawa pulang bontot yang ia bawa kemaren. Begitu mendengar keluhan mas T yang sambil membentuk raut wajah yang seolah-olah melihat benda busuk mengerikan, langsung ku sambut dengan celotehan dengan tertawa khas ku, "wah, uda jadi fosil tuh mas bontotnya". Mas T dengan gaya temperamen nya membalas dengan kalimat," Ketawa mu itu fred, ngejek kali". Lalu ia pun tertawa.

Nah, bayangkan saja semua bontot tertinggal di kantor lalu keesokan harinya sudah menjadi fosil, berapa banyak minyak bumi yang bisa dihasilkan dari sumber daya alam yang tak terbatas ini? Mungkin bisa menjadi karya inovasi untuk sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan.

(Logila)



Sambil mengendarai sepeda motor yang tak seberapa ini, di persimpangan lampu lalu lintas Jl. A.H. Nasution, Medan , si nona angel bertanya dari balik punggung ku kenapa kernet-kernet bus berteriak "KERE KERE KERE..." bukan menggunakan kata baku yang seharusnya "KIRI KIRI KIRI..." sesaat setelah kami di teriaki kernet bus dari sebelah kanan saat menikmati kepadatan jalan yang banyak di lintasi pemudik sepeda motor menjelang tahun baru.

Karena di tanya, si freddy pun menjawab spontan:
"Itu karena lebih mudah mengucap vokal 'e' ketimbang vokal 'i'. Coba la bandingkan sendiri."